INGATAN PERTAMA
21 Mei 2020
“Lembaran foto hitam putih, Kembali teringat lagi wangi
rumah di sore itu. Kue coklat balon warna warni, pesta hari ulang tahunku..”
(Monokrom ~ Tulus)
Suatu kali, G mengajukan 1 pertanyaan yang tak pernah ditanyakan
orang lain sebelumnya. Ah, bukankah ia selalu begitu, membuka sekat dalam sisi
hidup dengan sesuatu yang baru. Sial, kini aku jadi merindukan saat-saat kami
bertemu, nonton, berbincang, tertawa sampai menangis tersedu. Apa yang ia
tanyakan? Tetiba ia berkata: “Des, apa ingatan pertamamu?” Kami sama-sama
berpikir, mengaduk-aduk masa lalu.
Sejauh yang saya ingat, memori pertama saya adalah digendong
mburi oleh ibu dengan selendang yang berbau apek ketika saya ikut ibu ke pasar
untuk kulakan barang dagangan. Saya bercampur dengan aneka sayuran dan
barang-barang eceran. Ingatan saja juga tertuju saat saya bermain di lincak
dengan beberapa gelundung kelapa atau saat saya main sepeda didorong oleh
beberapa anak tetangga yang sebaya.Mungkin saat itu saya berumur 4 atau 5.
Semua yang saya ingat adalah pengalaman yang baik dan gembira walaupun saya
hidup dalam sederhana. Berbeda dengan sahabat saya, ia pun mulai bercerita.
Ingatan pertama yang terlintas di pikirannya adalah mendorong pintu Bersama
budhenya saat angin besar menerpa. Beberapa kepahitan dan trauma hidup yang
pernah dia rasakan masih terekam jelas di benaknya. Menurutnya, secara langsung
ataupun tidak, itu mempengaruhi hidupnya, ikut membentuk dirinya.
Barusan saya membaca beberapa artikel tentang ingatan
pertama. Menurut penelitian, rerata memori awal manusia berada di usia 3 tahun,
tepatnya 3,24 tahun. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh 3 universitas yaitu
London, Bradford dan Nothingham University mengatakan bahwa ada juga yang
mengaku memiliki kenangan saat berusia 2 tahun ke bawah. Dalam jurnal
Psychological Science yang mereka terbitkan, sebanyak 6.641 relawan dilibatkan
dan sebanyak 38,6% bisa mengingat apa yang terjadi di usia 2 tahun. Bahkan 893
orang diantaranya memiliki ingatan saat masih berusia 1 tahun. Wah, hebat
betul!
Namun, kata ilmuwan itu, ingatan di bawah 3 tahun dianggap
sebagai kenangan fiktif berdasarkan ingatan yang terlintas dalam pikiran
mereka, misalnya warna baju, kereta dorong, anggota keluarga dan sebagainya
yang muncul sebagai pengalaman masa lalu yang terlintas dalam pemikiran mereka
atau representasi mental episodikmemori. Kenangan fiktif ini terjadi karena
manusia biasanya salah memperkirakan umur saat mengingat masa lalu. Di samping
itu, perkembangan memori belum sepenuhnya terbangun sampai pada usia 3-4 tahun
di dalam otak kita yang punya 86 miliar neuron dan 10 triliun sinapsis ini. Dan
yang lebih membuat kita lebih hati-hati adalah 75% kekeliruan berasal dari
memori visual yang salah. Lhah…
Di samping itu, ada factor pembentukan Bahasa yang
memudahkan kita mengingat dan berbagi cerita yang teratur dan rinci. “Bahasa
bisa membantu menyediakan struktur atau pengaturan akan memori kita, dan itu
adalah sebuah narasi. Dengan menciptakan sebuah kisah, pengalaman ini menjadi
lebih terorganisir, dan maka jadi lebih mudah diingat.” Demikian kata seorang
ahli.
Trivia: Tahukah kita bagian otak apakah yang bertanggung
jawab menyimpan kenangan? Seperti saat kamu mengingat memori tentang dia yang
tak pernah bisa dimiliki? Eaaa…
Yup, adalah hipokampus yang bertugas mengelola memori, baik jangka pendek atau Panjang. Makanya, jika kita nyanyi “lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia..” maka suara kita harusnya ditujukan padanya. Namun apakah pertumbuhan hipokampus yang belum penuh ini menjadi penyebab mengapa kita tidak bisa mengingat peristiwa masa kecil kita dan lebih cenderung pada ingatan palsu belaka? Lalu bagaimana dengan ingatan pertama yang kita yakini sepenuhnya terjadi pada usia dibawah 3?
Nah, justru itulah hebatnya otak kita!!! Peristiwa masa lalu
akan terus mempengaruhi perilaku kita bahkan lama setelah kita melupakannya.
Maka psikolog berpikir bahwa ingatan ini bertahan di suatu tempat. Ingatan ini
mungkin akan tersimpan di suatu tempat yang kini tak bisa diakses, namun sulit
untuk menunjukkan itu secara empiris. Jadi sampai saat ini pun masih menjadi
misteri. Wah, otak kit aini keren sekali!!
Jadi harus bagaimana? Maka kita harus hati-hati saat
mengingat apa yang terjadi pada masa itu -masa kecil yang mungkin penuh dengan
ingatan palsu akan peristiwa yang sebenarnya tak pernah terjadi. Elizabeth
Loftus, psikolog di University Of California mengatakan bahwa “Orang bisa
mengambil suatu sugesti dan mulai memisualisasikannya – sehingga menjadi
semacam ingatan.” Katanya.
Namun, bagaimanapun juga, mengingat ingatan pertama semasa
hidup ternyata seru juga. Kepada Bu Haky saya sempat menanyakan pertanyaan
serupa. Dia bercerita tentang banyak hal dari masa kecilnya yang sering sakit
dan pengalamannya terperosok ke sungai yang membuatnya hamper kehilangan nyawa.
Pengalaman pertama yang membuatnya memaknai betapa pentingnya Kesehatan dan
juga cinta kasih dan pengorbanan keluarga kepadanya. Sedangkan bagi saya,
kenangan pertama membuat saya bersyukur bahwa hidup saya luar biasa sejak saya
bisa mengingatnya dan bersyukur dibuatnya meski hidup kadang tak sempurna.
Sedang untuk sahabat yang pernah memiliki trauma dan berusaha merengkuh dan
menerimanya, berproses dengan berat untuk bisa bergandengan tangan dengannya
dari hari ke hari dan menjadikannya sekarang sebagai karakter yang mendewasa,
kepadamu saya menaruh hormat sedalam-dalamnya.
Setiap orang punya memori pertama yang akan selalu
diingatnya baik fiksi maupun fakta. Ada yang manis, ada yang traumatis. Ada
yang begitu sukacita saat mengingatnya, namun ada pula yang berusaha
mati-matian untuk melupakannya. Meskipun kita harus hati-hati dalam mengelola
ingatan pertama itu benar adanya, namun kita juga menyadari betapa hebatnya
otak kita, yang -disamping mengingat- melupakan juga adalah sebuah anugerah tak
terkira bagi manusia. Ingatan pertama membuat kita lebih menghargai perjalanan
hidup dan kehidupan itu sendiri, mengingat masa lalu untuk membenahi masa kini.
Jadi, apa ingatan pertamamu jika boleh tahu?