Senin, 09 Januari 2017

YUSUF DI RUMAH POTIFAR : SIAPA YANG TAHAN DIBIARKAN SENDIRIAN?? (Tafsir Ideologis Kejadian 39:1-9)

(Tulisan ini merupakan paper untuk mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama bertahun lalu bersama-sama dengan beberapa teman. Namun entah kenapa aku begitu suka sehingga aku menyimpannya dan menuliskannya kembali.)

IDEOLOGI PENULIS
Ada empat orang tokoh utama yang muncul dalam Kejadian 39:1-9 ini. Tokoh-tokoh itu adalah Yusuf, Zuleika –istri Potifar, Potifar dan TUHAN.

Yusuf adalah salah seorang anak Yakub dari istri yang paling dikasihinya, Rahel. Yusuf mendapatkan perlakuan khusus dari ayahnya dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, dan tampaknya juga hal yang serupa dari TUHAN. Kelihatannya motif “yang muda yang lebih utama” juga tampak dalam kisah Yusuf ini. Yusuf tampaknya dikaruniai TUHAN dengan ketampanan, kegagahan serta bakat-bakat khusus yang dimilikinya secara otomatis dan menjadikannya senantiasa beruntung dalam situasi terburuk sekalipun. Kisah kali ini pun sebenarnya -jika tidak dipotong pada ayat ke-9- akan menunjukkan pola yang demikian.

Dalam perikop ini dikisahkan bahwa Yusuf bekerja di rumah Potifar[1]. Potifar adalah seorang Mesir yang mempunyai tugas sebagai pengawal raja, sebagai pegawai kerajaan[2]. Karena melihat sangat percaya penuh kepada Yusuf, sehingga ia mempercayakan seisi rumah dan barang kepada Yusuf. Hal ini dilakukan karena Potifar melihat Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat segala sesuatu yang dikerjakan Yusuf berhasil (ayat 3), satu hal yang tidak umum bagi orang bukan Yahudi.

Potifar mempunyai seorang istri yang bernama Zuleika[3]. Zuleika sendiri adalah seorang wanita Mesir yang agresif, mandiri dan menuntut dalam hal seksual[4], sikap dan sifat yang tidak umum untuk wanita Ibrani dan semua wanita dalam kitab Ibrani. Zuleika dinilai sebagai wanita yang lebih berani menunjukkan dirinya namun justru karena inilah maka Zuleika mendapat penilaian lebih negatif.

TUHAN dalam perikop ini seperti TUHAN dalam gambaran sumber Y pada umumnya sumber Y. Bagian ini dianggap sebagai persiapan untuk kisah Daud yang taat kepada TUHAN. Berbeda dengan penulis sumber E yang sedikit pro Mesir (Kej 36), sumber Y tampaknya melihat Mesir lebih negatif, maka TUHAN pun tampaknya terkena imbasnya.

Kelompok juga melihat ideologi penulis Kejadian 39:1-9, yaitu:
·         All because of LORD and for LORD
Agaknya memang dari semula TUHAN telah merencanakan kisah Yusuf ini. TUHAN dari awal telah membuat jalan hidup bagi Yusuf. Sebelum mengalami kemegahan, Yusuf diharuskan mengalami terlebih dahulu penderitaan dan kesusahan. Tuhan juga selalu memberkati Yusuf. Ini dapat dilihat bahwa Yusuf berhasil dalam segala usahanya sewaktu bekerja di rumah Potifar, sehingga Potifar mengangkatnya sebagai orang kepercayaan. Penyertaan TUHAN juga Nampak ketika Yusuf mampu menolak godaan istri Potifar dengan alasan hal tersebut adalah kejahatan besar dan dosa di mata TUHAN. Karena Yusuf selalu mendapat kasih sayang dari TUHAN, maka segala sesuatu yang dilakukan Yusuf adalah hanya untuk TUHAN saja. Semua pekerjaan, penolakan terhadap godaan istri Potifar juga dilakukan semata-mata untuk TUHAN. Jadi penulis ingin mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena TUHAN dan untuk TUHAN saja. Motif segalanya karena dan untuk TUHAN sangat jelas tampak dalam perikop ini[5]

·         Wisdom vs Antiwisdom
Dalam perikop ini juga memperhadapkan pembaca pada dua sisi yang bertentangan yaitu Yusuf yang menempati posisi yang berhikmat (wisdom) dan istri Potifar yang tidak berhikmat (antiwisdom). Yusuf, dengan segala kepandaian, ketampanan, kebijaksanaannya serta setia kepada TUHAN, tertata dan pekerja keras harus diperhadapkan dengan Zuleika, seorang wanita yang keinginan seksualnya begitu cepat dan mencarinya di tempat yang terlarang[6]. Bahkan jika melihat bahasa Ibraninya, frase “yapeh to’ar wipeh mar’eh” yang diterjemahkan LAI dengan manis sikapnya dan elok parasnya (39:6 – hal yang membuat Zuleika tertarik) tidaklah tepat diterjemahkan demikian. Lebih tepat jika secara harafiah diterjemahkan dengan bentuk badannya indah dan penampakannya indah, alias seksi dan tampan – terjemahan BIS gagah dan tampan lebih mendekati. Maka semakin jelas Zuleika adalah pihak yang semata-mata menyukai Yusuf karena penampilan fisik. Zuleika juga menyatakan “sikbah immi” yang diterjemahkan LAI dengan “Marilah tidur dengan aku” yang nampak seperti ajakan, namun sesungguhnya bentuknya yang imperative lebih tepat jika diterjemahkan “Tidurlah dengan aku!!” Lebih pada perintah dari pada ajakan. Ini semakin memperburuk Zuleika ke titik bawah. Bagaimana tidak, sikap seperti ini (dapat bernafsu, innosense, memproyeksikan semua hasrat) lebih merupakan archetype sikap pria daripada perempuan[7].

·         Tale of two brother
Cerita mengenai Yusuf ini hampir sama (atau malah mengambil?) cerita mitos dari Mesir tentang dua orang kakak beradik. Seorang  bernama Anubis mempunyai seorang adik yang bernama Bata. Ketika Anubis dan Bata sedang mengolah tanah di sawah, Anubis memerintahkan Bata untuk pulang mengambil benih. Maka kisah perayuan itu pun terjadi, namun Bata menolak rayuan kakak iparnya tersebut. Maka karena takut ketahuan, ketika pulang istri Anubis mengatakan kepada suaminya bahwa Bata telah merayunya. Anubis marah dan mengejar Bata[8]. Kemungkinan penulis kisah ini ingin mengambil cerita ini dan memperbaharui dan mangubah atau mengolah cerita ini sesuai versinya[9] dengan tujuan untuk menanamkan ideologi tentang TUHAN kepada pembaca.


IDEOLOGI KELOMPOK:  WAWANCARA DENGAN TOKOH 

Wawancara dengan Yusuf
Kelompok (K)    : Tampaknya Anda mendapatkan posisi unggul dalam Kejadian 39, bagaimana tanggapan Anda mengenai hal ini?
Yusuf (Y)           : Justru saya mejadi pihak yang marjinal di situ, jika Anda mau sedikit peka dan membuka mata. Saya sama sekali tidak mempunyai kekuasaan apapun. Zuleika membuat saya tidak berdaya, setidaknya jika Anda melihat kisah itu secara utuh sampai bagian akhir.
K                        : Baik, kami minta maaf atas kekurangpekaan kami dalam hal ini. Lalu bagaimana menurut Anda sendiri tentang peran Anda di sini?
Y                        : Saya merasa memang kesetiaan kepada TUHAN memang adalah hal yang harus dipegang teguh. Itu yang pertama sekali, namun jangan terlampau naïf. Saya rasa saya sudah mendapatkan apa yang selama ini saya harapkan. Dan tampaknya TUHAN sangat baik kepada saya, jadi saya tidak ingin melewatkan ini sia-sia. Lagipula siapa yang pernah berpikir bahwa orang yang dulu dibuang di sumur lalu dijual kepada orang asing semacam Mesir bisa mendapatkan jabatan terpercaya seperti saya, siapa yang begitu saja akan melepaskan ini demi nafsu bodoh sementara?
K                       : Anda sama sekali tidak tertarik kepada Zuleika?
Y                       : Hahaha, saya kadang kasihan padanya yang kadang lebih sering sendirian daripada bersama suaminya. Dia memang sangat cantik dan sangat menarik, dia
beberapa kali menunjukkan paha dan dadanya dan memberi saya banyak sekali[10]. Saya menolak. Itu paling baik untuk semuanya. Untuk dia juga. Saya juga tidak pernah berniat menceritakan hal tersebut kepada Potifar, sebenarnya.
K                     : bagaimana jika tidak ketahuan?
Y                     : bagaimana jika tidak ketahuan? Lagipula saya percaya mata TUHAN melihat segalanya.
K                    : Anda setia kepada TUHAN?
Y                    : Ya. Mata TUHAN melihat segalanya.
K                    : Tapi, Anda setuju dengan pernyataan dalam hati siapa tahu? Misalnya, ini misalnya mata TUHAN tidak melihat segalanya.
Y                    : hahaha, ya[11]! Tapi saya berusaha melakukan yang terbaik lo..

Wawancara dengan Potifar
Kelompok         : Bagaimana pekerjaan Anda akhir-akhir ini?
Potifar               : Semuanya berjalan lancar. Saya rasa kepercayaan Firaun yang begitu besar kepada saya tidak boleh begitu saja dikecewakan. Ini masalah hidup dan mati.
K                       : Ada yang mengatakan, Anda dikebiri?
P                       : Ah, itu kan hanya perkataan orang yang kurang mengerti bahasa Ibrani secara baik. Memang, tak jarang kata “seris” adalah kasim yang dikebiri, tapi coba lihat dalam literatur Ibrani yang lain, hal tersebut juga bisa berarti petinggi[12]. Lagipula mengapa saya punya istri jika tidak bisa bermain dengannya?
K                       : Bagaimana jika hanya status?
P                       : Tidak usah berpura-pura bodoh. Untuk apa status dengan keberadaan seorang istri jika semua orang di seluruh Negara tahu bahwa Anda seorang yang dikebiri. Iya kan? Ya, saya laki-laki normal yang…….. memang saya akui jarang berhubungan dengan istri saya. Ini masalah kesibukan pekerjaan. Saya mencintai istri saya, sangat mencintainya. Lihat saja TNI-TNI pada masa Anda sekarang, bukankah istri mereka juga harus siap ditinggalkan suaminya jika pekerjaan memanggil.
K                     : Anda melihat istri Anda cukup berbahagia dengan Anda?
P                      : (tampak terkejut agak tersinggung). Mengapa tidak? Dia mempercayai sepenuhnya. Itu pasti! Dan saya yakin sepenuhnya jika dia setia.
K                     : maafkan kami dengan pertanyaan tadi, kami sama sekali tidak bermaksud menyinggiung perasaan Anda. Anda percaya dengan Yusuf?
P                      : ya, saya yakin dia bisa dipercaya mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan di rumah. Saya lihat, dia bisa mengaturnya dengan baik.
K                     : manakah yang Anda pilih untuk lebih Anda percayai jika suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi, istri Anda atau Yusuf?
P                      : Ingat, Yusuf hanya orang Ibrani, dia juga hanya budak. Maaf sekali jika pada akhirnya saya harus mengatakan ini. Tapi mungkin Anda juga tidak salah jika mengatakan status sebagai petinggi istana ini harus dijaga, harus bagaimana lagi.
K                     : Baik, terima kasih jika demikian.

Wawancara dengan Zuleika
Kelompok       : kami melihat tampaknya kisah ini sebenarnya bercerita tentang Anda?
Zuleika            : baik, saya rasa saya tidak perlu menutup-nutupi lagi. Anda semua sudah tahu. Saya pun merasa saya perlu mengklarifikasi. Ya jika yang Anda maksud tidak ada perempuan Ibrani ketahuan seberani saya, itu benar. Tapi saya rasa tidak hanya saya. Saya saja yang kebetulan sial karena pada akhirnya…. Ah, andai saja saya tidak melakukan tindakan bodoh di akhir cerita itu mungkin sampai sekarang skandal ini tetap tidak ketahuan.
K                     : baik, silakan bercerita.
Z                      : perempuan mana yang tidak membutuhkan perhatian. Salah jika Anda menikah dengan seorang perempuan dan begitu saja  bisa meninggalkan dia dengan uang dan kekayaan. Perempuan juga butuh untuk…. disentuh. Siapa tahan ditinggalkan begitu saja seperti barang di rumah sebesar itu dalam kedinginan. Baik, apa-apa saya cukup tapi siapa yang mau dibiarkan sendirian seperti dalam sangkar emas yang dingin. Lagi pula perempuan di zaman saya membutuhkan anak[13], saya selalu sendirian.
K                     : Mengapa Yusuf?
Z                      : siapa lagi. Setidaknya siapa yang tidak tertarik melihat pria setampan dia dan dia sangat… eh, seksi. Saya saja sudah bias membayangkan betapa menariknya….. yang akan sayatemui di balik kain yang menutup tubuhnya itu. Tapi bukan itu yang terpenting. Yang terpenting, saya sendirian. Dan tidak hanya saya sendiri yang melakukan ini, saya yakin banyak perempuan Mesir lain yang melakukannya.
K                     : jadi Anda menganggap bahwa ini lebih karena kurangnya perhatian suami terhadap Anda?
Z                      : Baik… baik… tentunya tidak hanya itu. Kesetiaan tentunya juga patut dihargai.  Tetapi jika Anda bertanya apakah alasan utamanya, Anda benar jika alasan utamanya adalah saya kurang mendapat perhatian dari suami saya.
K                     : Mengapa pada akhirnya Anda harus berbohong dan mengatakan bahwa Yusuf yang melakukan itu kepada Anda?
Z                      : sudah saya katakana bahwa itu kesalaha yang seharusnya tidak saya lakukan. Namun, bagaimana lagi, saya kalap dan saya tidak mempunyai pilihan lain jika ingin rahasia itu tetap tersimpan abadi. Dan yah, kini Anda tahu. Saya berharap Anda melihat lebih utuh sebelum menyalahkan saya.
K                     : baik, kami mengerti . Terima kasih atas waktunya.

Wawancara dengan TUHAN
Kelompok       : Langsung saja, tampaknya banyak pihak yang berusaha melindungi Anda dengan berbagai argumentasi, bahkan hal ini juga kami temukan dalam Kejadian 39:1-9. Bahkan Anda juga dijadikan ukuran moralitas. Bagaimana tanggapan Anda terhadap hal ini?
TUHAN          : lalu saya harus bagaimana? Saya berusaha menunjukkan diri saya, selalu… tapi orang mengerti dengan berbeda-beda. Apakah saya akan menyalahkan mereka? Tidak adil jika demikian.
K                     : Lalu sebenarnya Anda sendiri bagaimana, terutama melihat Kejadian 39:1-9?
TUHAN          : heh… bahkan Anda pun dapat mengatakan yang Anda inginkan tentang saya. Inilah saya!
K                     : baik. Terima kasih untuk waktunya.

Dan TUHAN tersenyum di akhir wawancara.





[1] Potifar adalah nama Mesir, dari pola P’-di-X, sedang X mengacu pada dewa. Penjelasan sederhana tentang nama Potifar kurang memuaskan, yaitu bahwa Potifar adalah singkatan Potifera, dengan kehilangan ‘ayin terakhir. Dua pegawai tinggi istana dengan nama yang sama bukanlah suatu kejanggalan dalam sejarah Mesir. Potifera sendiri artinya adalah “Imam dari On”, ayah Asnat yang diberikan Firaun kepada Yusuf untuk diperistri barangkali adalah imam besar dari dewa matahari “Re” di kota On (Yunani) – Yayasan Komunikasi Bina KAsih/OMF. 1995. Ensiklopedia Alkitab masa Kini, Jilid 2. Jakarta. Cempaka Putih. Hal. 274.
[2] Robert Graves dan Raphael Patai. 1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 257 disebutkan bahwa kemungkinan Potifar adalah kepala Algojo Firaun bukan kepala juru masak seperti dugaan beberapa ahli tafsir selama ini.
[3] Ibid. disini dikatakan bahwa isti Potifar ini tidak diketahui namanya, sampai Sepher Heyasar menyebutnya dengan Zuleika dalam Testament of Joseph. Namun untuk memudahkan dalam paper ini kelompok menyebutkan istri Potifar dengan Zuleika.
[4] Carol A. Newson dan Sharon. H. Ringe. 1998. Women’s Bible Commentary: Expanded Edition. Louisville Wesminster John Knox Press. Hal. 28

[5] Robert Graves dan Raphael Patai. 1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 254. Bahkan dalam mite ini disebutkan bahwa untuk melawan segala macam bujukan Zuleika, Yusuf menggunakan TUHAN sebagai alasan.
[6] Carol A. Newson dan Sharon. H. Ringe. 1998. Women’s Bible Commentary: Expanded Edition. Louisville Wesminster John Knox Press. Hal. 28
[7] ibid
[8] William W. Hallo dan K. Lawson Younger. 1997. The Context of Scripture. Leiden: Koninkliijke Brill. Hal. 85-89.
[9] Dr. Walter Lemp. 1974. Tafsiran Alkitab Kejadian 37-43. Jakarta. BPK GM. 1974. Hal 107
[10] Robert Graves dan Raphael PAtai. 1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 254.
[11] Ibid. ini menafsirkan perkataan Yusuf atas ajakan Zuleika setelah Zuleika berhasil meyakinkan bahwa suaminya tidak berhasil memuaskannya dan sebenarnya bukan miliknya seutuhnya. Dan jawaban Yusuf: “itu adalah hal yang baik, tapi tak seorangpun dapat membutakan mata Allah, yang melihat segalanya! That is well done, but no one blinds the eyes of God who sees all!”
[12] Dr. Walter Lemp. 1974. Tafsiran Alkitab Kejadian 37-43. Jakarta. BPK GM. 1974. Hal 107
[13] Robert Graves dan Raphael PAtai. 1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 254.

Selasa, 03 Januari 2017

TENTANG SEMUA TANYA DAN KEKUATIRAN YANG TAK DATANG BESERTA JAWAB (surat dari sahabat)

Mengapa masih meminta? Tahukah bahwa kita terlalu memikirkan masa depan sampai lupa menikmati hari ini. Dan itulah kesalahan besar umat manusia. Menjebak dirinya sendiri dengan tenggelam oleh semua dimensi bernama waktu. 

Kita mengikat kenangan dan mimpi lebih kuat dari pada kita mengikatkan diri kita pada saat ini... Kau meminta seolah besok masih ada. Tidakkah setelah ini selalu ada kemungkinan setelah ini kau mati?  Apa artinya permintaan itu kalau kau mati? Ini bukan masalah permintaan terlalu berat, mahal atau susah. Ini adalah tentang menikmati dirimu hari ini, sayang...

Andai kau tahu rahasia ini... Aku pun tak tahu. Tapi demikianlah aku mengatakan kepadamu, aku rasa setelah ini dan itu aku bahagia dengan diriku sendiri. Dan sukacitaku adalah menemukan kalian di aliran arus ini...

Waktu adalah dimensi yang seolah-olah kita pahami. Tapi bayangkan jika tidak ada jam atau kalender, tak ada matahari dan langit berbintang, waktu adalah ilusi, sayang...Sesuatu yang harus kita rengkuh tapi juga kita lepaskan dengan berani ...

Aku ingin menjawab iya untuk segala doamu, untukmu.. Tapi aku juga tak bisa berbohong. Yang pasti, beritahukan kepada Dessy yang di dalam sana, cintaku padanya tak pernah habis. 

Kamu ingat 25 gambar tentang semesta kemarin? berapa bilyun tahun usia semesta sejak big bang? Dan sampai berapa tahun lagi semua ini dapat bertahan sebelum semesta kembali menyusut dan menarik dirinya kembali dalam sebuah pantulan pendulum energi dan gravitasi... Masihkah kita begitu angkuh dengan mengatakan bahwa permintaan kita adalah lebih digdaya dari usia semesta? Kita hanya mampir meikmati secuil bagian ruang semesta dalam waktu yang tak seberapa.

Dan untuk apakah semua kekhawatiran dan ketakuan itu.. Megapa kita terlalu mengingkatkan diri kita pada yang tampak dan kelihatan?

Aku mendugakan sesuatu yang sederhana jika Yesus adalah beneran Tuhan... Dalam usia semesta yang sedemikian akbar, Dia menyempatkan 33 tahun datang menengok bumi. Dalam usia yang sedemikian singkat itu dibandingkan segala pengetahuannya akan semesta dan dimensi, Dia hanya bisa menyampaikan pesan-pesan terpenting, Dia tidak boleh bertele-tele.. Mungkin manusia akan mengerti, mungkin juga tidak. Tapi Dia meninggalkan pesan sederhana: KASIHILAH...

~G~

TENTANG JARAK ( surat dari seorang sahabat)

Dessy terkasih,

Apakah dikau menyadarinya, hanya pada jarak yang tepat dengan sang sumber kehidupan kita bisa hidup. Tidak terlalu dekat, tidak terlalu jauh. Lihatlah matahari itu, kita tidak mungkin bisa hidup di sana. Tetapi kita pun tak mungkin tinggal di Neptunus dengan perbedaan suhu yang drastis antara siang dan malamnya. Setidaknya kita sekarang, entah dengan makhluk yang lain.

Maka aku menduga, bahwa jarak itu penting untuk menjaga sesuatu tetap hidup dan lestari. lalu mengapa banyak orang takut kepada jarak? Berjarak dengan pacar, berjarak dengan sahabat - seperti aku dan kau saat ini. Bahkan dengan jarak pada Sang Sumber Kehidupan. Bukan sekedar jarak, tetapi jarak yang tepat.

Kau ingat Plato dengan guanya? jangan-jangan selamanya kita akan tetap berada di gua? Bukan karena tidak mau keluar, bukan kita tidak mau lepas dari rantai, tetapi terpapar secara langsung pada sumber kehidupan itu membunuh. Musa yang pernah sedemikian dekat pun hanya mampu melihat punggungNya. bukankah itu ironi, ketika Dia membatasi diriNya, Sang Sumber Kehidupan membatasi diriNya supaya kita tetap hidup. Dan lihatlah kenyataan itu, kita hidup hanya dari patulan Sang Sumber Kehidupan. Hanya pantulan saja yang bisa menumbuhkan tumbuhan hijau, dan gajah yang besar, bahkan sampai jari-jari kita dan setiap helai rambut kita dari debu bintang supernova pertama dalam segala tata surya ini. Bukankah jarak itu ironi yang indah?

Dari situ aku akan berbicara tentang segala ironi yang serba mungkin. Lihatlah siang dan malam, kita enggan menjadi hitam dan putih, tapi nyatanya itulah hidup. Tak ada yang benar-benar hitam, tak ada yang putih, tapi bahwa hitam dan putih itu ada, itu nyata. Dan tanpa mengatakan yang baik dan buruk, tapi hitam putih itu menjaga kita terus memiliki poros dan berputar dengan seimbang.

Dessy yang terkasih,
Semoga kau masih senang melihat bintang malam dan hijaunya daun. karena itu yang membuktikan bahwa jarak yang tepat itu menyelamatkan kita, bahkan dari diri kita sendiri. Akhirnya tidak ada yang lain selain rasa bahagia penuh atas apa yang ada sekarang. Selalu bersyukur bersama-sama dengan rendah hati. Dan sejak itu hidup tak sekedar aku, tetapi hidup adalah untuk hidup itu sendiri. Dan untuk mengasihi.

~G~

Minggu, 01 Januari 2017

BELAJAR DARI SI TUKANG TEMBOK

Menemukan ayat yang istimewa justru ketika aku dan anak-anak belajar bersama. Meskipun bukan juru tafsir dan tak menjadi pemuka agama, namun tetap saja Kitab Suci ini layaknya harta karun yang tak terduga dan mempesona, meskipun -jujur saja- aku jarang sekali membukanya. Ibarat Tom Hanks dalam Forest Gump, hidup ini seperti sekotak coklat, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita dapat...

Hari ini kami belajar tentang Nehemia, aslinya orang Yahudi yang di buang ke Babel pada masa pemerintahan Raha Artahsasta, yang meminta kepada sang raja untuk kembali ke Yerusalem untuk membanhun kembali tembok kota tercinta yang telah membuat wajahnya murung bermuram durja. Setelah berdoa dan berpuasa, ia memberanikan diri kepada raja untuk pulang ke tanah kelahirannya serta kota tempat disemayamkan nenek moyangnya. konon kabarnya, tembok kota itu sudah terbengkalai 152 tahun lamanya, setelah Nebukadnezar membinasakan Bait Allah beserta seluruh kota. Kota tanpa tembok menjadi sangat rawan terhadap serangan musuh yang ingin meraja, mereka yang kembali dari pembuangan tidak mempunyai rasa aman sentosa, sedang disekelilingnya banyak orang-orang yang berjaga siap memangsa.

Nehemia dan pasukan peerja siap membangun sekaligus berjaga-jaga. namun kenyataan pahit kembali diterima saat ada orang yang mengolok-oloknya dengan kalimat hina. Namun inilah jawaban luar biasa dari Nehemia, demikian katanya: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hambaNya, telah siap membangun. Tetapi kamu tidak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!" (Nehemia 2:20).

Dan akhirnya tembok kota berhasil dibangun hanya dengan 52 hari. Setelah 152 tahun ditinggalin, cuy! Cihuiiii!!!

aku tak tahu pasti mengapa pasal 2 ayat 20 ini begitu berkesan, padahal materi pelajaran kali ini adalah tentang kekuatiran. namun bagiku, Nehemia menjawab dengan tepat semua hinaan yang kepadanya ditujukan. Bukan dengan kekerasan, namun dengan alasan:
(1). bahwa hanya Allah saja yang memampukan. Nehemia tak gentar dengan semua ancaman, karena "backingan" yang dia punya Allah yang mengagumkan.
(2). Lagi pula, niat membangun mereka sudah kuat. Dengan percaya diri dan tekad yang dibarengi dengan kerja keras, tentulah pekerjaan yang mereka lakukan akan lebih dahsyat. Jadi apa gunanya mendengarkan omongan para keparat? Nawaitu Lilahita'ala.
(3). Ngomonglah sesuka hati kalian saja, tak berguna sekali mencaci maki. Bagaimana pun tak akan membuat kalian berhak atau menjadi bagian dari kota ini. Bahkan nama kalian pun tak akan diingat lagi. Aih, jawaban dari Nehemia ini asik sekali.

Jika suatu saat nanti ada orang yang meledekku, maka aku akan mendekatinya perlahan, menatap matanya dalam-dalam, sambil berkata : "Hey, kamu... Ingat baik-baik ya.. Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil!. Kami, hamba-hambaNya, telah siap membangun. Tetapi kamu tidak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!"*

(*Syarat dan ketentuan berlaku, kalau ada nyali pun jika saya yang kecil ini berani.. hihihi...)