(Tulisan ini merupakan paper untuk mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama bertahun lalu bersama-sama dengan beberapa teman. Namun entah kenapa aku begitu suka sehingga aku menyimpannya dan menuliskannya kembali.)
IDEOLOGI PENULIS
Ada empat orang tokoh utama yang
muncul dalam Kejadian 39:1-9 ini. Tokoh-tokoh itu adalah Yusuf, Zuleika –istri
Potifar, Potifar dan TUHAN.
Yusuf adalah salah seorang anak
Yakub dari istri yang paling dikasihinya, Rahel. Yusuf mendapatkan perlakuan
khusus dari ayahnya dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, dan
tampaknya juga hal yang serupa dari TUHAN. Kelihatannya motif “yang muda
yang lebih utama” juga tampak dalam kisah Yusuf ini. Yusuf tampaknya
dikaruniai TUHAN dengan ketampanan, kegagahan serta bakat-bakat khusus yang
dimilikinya secara otomatis dan menjadikannya senantiasa beruntung dalam
situasi terburuk sekalipun. Kisah kali ini pun sebenarnya -jika tidak dipotong
pada ayat ke-9- akan menunjukkan pola yang demikian.
Dalam perikop ini dikisahkan bahwa Yusuf
bekerja di rumah Potifar[1].
Potifar adalah seorang Mesir yang mempunyai tugas sebagai pengawal raja,
sebagai pegawai kerajaan[2].
Karena melihat sangat percaya penuh kepada Yusuf, sehingga ia mempercayakan
seisi rumah dan barang kepada Yusuf. Hal ini dilakukan karena Potifar melihat
Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat segala sesuatu yang dikerjakan
Yusuf berhasil (ayat 3), satu hal yang tidak umum bagi orang bukan Yahudi.
Potifar mempunyai seorang istri yang
bernama Zuleika[3].
Zuleika sendiri adalah seorang wanita Mesir yang agresif, mandiri dan menuntut
dalam hal seksual[4],
sikap dan sifat yang tidak umum untuk wanita Ibrani dan semua wanita dalam
kitab Ibrani. Zuleika dinilai sebagai wanita yang lebih berani menunjukkan
dirinya namun justru karena inilah maka Zuleika mendapat penilaian lebih
negatif.
TUHAN dalam perikop ini seperti
TUHAN dalam gambaran sumber Y pada umumnya sumber Y. Bagian ini dianggap
sebagai persiapan untuk kisah Daud yang taat kepada TUHAN. Berbeda dengan
penulis sumber E yang sedikit pro Mesir (Kej 36), sumber Y tampaknya melihat
Mesir lebih negatif, maka TUHAN pun tampaknya terkena imbasnya.
Kelompok juga melihat ideologi
penulis Kejadian 39:1-9, yaitu:
·
All
because of LORD and for LORD
Agaknya memang dari semula TUHAN telah merencanakan kisah
Yusuf ini. TUHAN dari awal telah membuat jalan hidup bagi Yusuf. Sebelum
mengalami kemegahan, Yusuf diharuskan mengalami terlebih dahulu penderitaan dan
kesusahan. Tuhan juga selalu memberkati Yusuf. Ini dapat dilihat bahwa Yusuf
berhasil dalam segala usahanya sewaktu bekerja di rumah Potifar, sehingga
Potifar mengangkatnya sebagai orang kepercayaan. Penyertaan TUHAN juga Nampak
ketika Yusuf mampu menolak godaan istri Potifar dengan alasan hal tersebut
adalah kejahatan besar dan dosa di mata TUHAN. Karena Yusuf selalu mendapat
kasih sayang dari TUHAN, maka segala sesuatu yang dilakukan Yusuf adalah hanya
untuk TUHAN saja. Semua pekerjaan, penolakan terhadap godaan istri Potifar juga
dilakukan semata-mata untuk TUHAN. Jadi penulis ingin mengungkapkan bahwa
segala sesuatu yang terjadi adalah karena TUHAN dan untuk TUHAN saja. Motif
segalanya karena dan untuk TUHAN sangat jelas tampak dalam perikop ini[5]
·
Wisdom
vs Antiwisdom
Dalam perikop ini juga memperhadapkan pembaca pada dua sisi
yang bertentangan yaitu Yusuf yang menempati posisi yang berhikmat (wisdom) dan
istri Potifar yang tidak berhikmat (antiwisdom). Yusuf, dengan segala
kepandaian, ketampanan, kebijaksanaannya serta setia kepada TUHAN, tertata dan
pekerja keras harus diperhadapkan dengan Zuleika, seorang wanita yang keinginan
seksualnya begitu cepat dan mencarinya di tempat yang terlarang[6].
Bahkan jika melihat bahasa Ibraninya, frase “yapeh to’ar wipeh mar’eh”
yang diterjemahkan LAI dengan manis sikapnya dan elok parasnya (39:6 – hal yang
membuat Zuleika tertarik) tidaklah tepat diterjemahkan demikian. Lebih tepat
jika secara harafiah diterjemahkan dengan bentuk badannya indah dan
penampakannya indah, alias seksi dan tampan – terjemahan BIS gagah dan tampan
lebih mendekati. Maka semakin jelas Zuleika adalah pihak yang semata-mata
menyukai Yusuf karena penampilan fisik. Zuleika juga menyatakan “sikbah
immi” yang diterjemahkan LAI dengan “Marilah tidur dengan aku” yang nampak
seperti ajakan, namun sesungguhnya bentuknya yang imperative lebih tepat jika
diterjemahkan “Tidurlah dengan aku!!” Lebih pada perintah dari pada ajakan. Ini
semakin memperburuk Zuleika ke titik bawah. Bagaimana tidak, sikap seperti ini
(dapat bernafsu, innosense, memproyeksikan semua hasrat) lebih merupakan
archetype sikap pria daripada perempuan[7].
·
Tale
of two brother
Cerita mengenai Yusuf ini hampir sama (atau malah mengambil?)
cerita mitos dari Mesir tentang dua orang kakak beradik. Seorang bernama
Anubis mempunyai seorang adik yang bernama Bata. Ketika Anubis dan Bata sedang
mengolah tanah di sawah, Anubis memerintahkan Bata untuk pulang mengambil
benih. Maka kisah perayuan itu pun terjadi, namun Bata menolak rayuan kakak
iparnya tersebut. Maka karena takut ketahuan, ketika pulang istri Anubis
mengatakan kepada suaminya bahwa Bata telah merayunya. Anubis marah dan
mengejar Bata[8].
Kemungkinan penulis kisah ini ingin mengambil cerita ini dan memperbaharui dan
mangubah atau mengolah cerita ini sesuai versinya[9]
dengan tujuan untuk menanamkan ideologi tentang TUHAN kepada pembaca.
IDEOLOGI KELOMPOK: WAWANCARA DENGAN TOKOH
Wawancara dengan Yusuf
Kelompok (K) : Tampaknya Anda mendapatkan posisi unggul dalam Kejadian 39,
bagaimana tanggapan Anda mengenai hal ini?
Yusuf (Y) : Justru saya mejadi pihak yang marjinal di
situ, jika Anda mau sedikit peka dan membuka mata. Saya sama sekali tidak
mempunyai kekuasaan apapun. Zuleika membuat saya tidak berdaya, setidaknya jika
Anda melihat kisah itu secara utuh sampai bagian akhir.
K :
Baik, kami minta maaf atas kekurangpekaan kami dalam hal ini. Lalu bagaimana
menurut Anda sendiri tentang peran Anda di sini?
Y :
Saya
merasa memang kesetiaan kepada TUHAN memang adalah hal yang harus dipegang
teguh. Itu yang pertama sekali, namun jangan terlampau naïf. Saya rasa saya
sudah mendapatkan apa yang selama ini saya harapkan. Dan tampaknya TUHAN sangat
baik kepada saya, jadi saya tidak ingin melewatkan ini sia-sia. Lagipula siapa
yang pernah berpikir bahwa orang yang dulu dibuang di sumur lalu dijual kepada
orang asing semacam Mesir bisa mendapatkan jabatan terpercaya seperti saya,
siapa yang begitu saja akan melepaskan ini demi nafsu bodoh sementara?
K :
Anda sama sekali tidak tertarik kepada Zuleika?
Y :
Hahaha,
saya kadang kasihan padanya yang kadang lebih sering sendirian daripada bersama
suaminya. Dia memang sangat cantik dan sangat menarik, dia
beberapa kali
menunjukkan paha dan dadanya dan memberi saya banyak sekali[10].
Saya menolak. Itu paling baik untuk semuanya. Untuk dia juga. Saya juga tidak
pernah berniat menceritakan hal tersebut kepada Potifar, sebenarnya.
K :
bagaimana jika tidak ketahuan?
Y :
bagaimana
jika tidak ketahuan? Lagipula saya percaya mata TUHAN melihat segalanya.
K :
Anda setia kepada TUHAN?
Y :
Ya.
Mata TUHAN melihat segalanya.
K :
Tapi, Anda setuju dengan pernyataan dalam hati siapa tahu? Misalnya, ini
misalnya mata TUHAN tidak melihat segalanya.
Y :
hahaha,
ya[11]!
Tapi saya berusaha melakukan yang terbaik lo..
Wawancara dengan Potifar
Kelompok : Bagaimana pekerjaan Anda akhir-akhir ini?
Potifar : Semuanya berjalan lancar. Saya rasa
kepercayaan Firaun yang begitu besar kepada saya tidak boleh begitu saja
dikecewakan. Ini masalah hidup dan mati.
K :
Ada yang mengatakan, Anda dikebiri?
P :
Ah,
itu kan hanya perkataan orang yang kurang mengerti bahasa Ibrani secara baik.
Memang, tak jarang kata “seris” adalah kasim yang dikebiri, tapi coba lihat
dalam literatur Ibrani yang lain, hal tersebut juga bisa berarti petinggi[12].
Lagipula mengapa saya punya istri jika tidak bisa bermain dengannya?
K :
Bagaimana jika hanya status?
P :
Tidak
usah berpura-pura bodoh. Untuk apa status dengan keberadaan seorang istri jika
semua orang di seluruh Negara tahu bahwa Anda seorang yang dikebiri. Iya kan?
Ya, saya laki-laki normal yang…….. memang saya akui jarang berhubungan dengan
istri saya. Ini masalah kesibukan pekerjaan. Saya mencintai istri saya, sangat
mencintainya. Lihat saja TNI-TNI pada masa Anda sekarang, bukankah istri mereka
juga harus siap ditinggalkan suaminya jika pekerjaan memanggil.
K :
Anda melihat istri Anda cukup berbahagia dengan Anda?
P :
(tampak
terkejut agak tersinggung). Mengapa tidak? Dia mempercayai sepenuhnya. Itu
pasti! Dan saya yakin sepenuhnya jika dia setia.
K :
maafkan kami dengan pertanyaan tadi, kami sama sekali tidak bermaksud
menyinggiung perasaan Anda. Anda percaya dengan Yusuf?
P :
ya,
saya yakin dia bisa dipercaya mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan di rumah. Saya lihat, dia bisa mengaturnya dengan baik.
K :
manakah yang Anda pilih untuk lebih Anda percayai jika suatu kejadian yang
tidak diinginkan terjadi, istri Anda atau Yusuf?
P :
Ingat,
Yusuf hanya orang Ibrani, dia juga hanya budak. Maaf sekali jika pada akhirnya
saya harus mengatakan ini. Tapi mungkin Anda juga tidak salah jika mengatakan
status sebagai petinggi istana ini harus dijaga, harus bagaimana lagi.
K :
Baik, terima kasih jika demikian.
Wawancara dengan Zuleika
Kelompok : kami melihat tampaknya kisah ini sebenarnya bercerita
tentang Anda?
Zuleika : baik, saya rasa saya tidak perlu
menutup-nutupi lagi. Anda semua sudah tahu. Saya pun merasa saya perlu
mengklarifikasi. Ya jika yang Anda maksud tidak ada perempuan Ibrani ketahuan
seberani saya, itu benar. Tapi saya rasa tidak hanya saya. Saya saja yang
kebetulan sial karena pada akhirnya…. Ah, andai saja saya tidak melakukan
tindakan bodoh di akhir cerita itu mungkin sampai sekarang skandal ini tetap
tidak ketahuan.
K :
baik, silakan bercerita.
Z :
perempuan
mana yang tidak membutuhkan perhatian. Salah jika Anda menikah dengan seorang
perempuan dan begitu saja bisa meninggalkan dia dengan uang dan kekayaan.
Perempuan juga butuh untuk…. disentuh. Siapa tahan ditinggalkan begitu saja
seperti barang di rumah sebesar itu dalam kedinginan. Baik, apa-apa saya cukup
tapi siapa yang mau dibiarkan sendirian seperti dalam sangkar emas yang dingin.
Lagi pula perempuan di zaman saya membutuhkan anak[13],
saya selalu sendirian.
K :
Mengapa Yusuf?
Z :
siapa
lagi. Setidaknya siapa yang tidak tertarik melihat pria setampan dia dan dia
sangat… eh, seksi. Saya saja sudah bias membayangkan betapa menariknya….. yang
akan sayatemui di balik kain yang menutup tubuhnya itu. Tapi bukan itu yang
terpenting. Yang terpenting, saya sendirian. Dan tidak hanya saya sendiri yang
melakukan ini, saya yakin banyak perempuan Mesir lain yang melakukannya.
K :
jadi Anda menganggap bahwa ini lebih karena kurangnya perhatian suami terhadap
Anda?
Z :
Baik…
baik… tentunya tidak hanya itu. Kesetiaan tentunya juga patut dihargai.
Tetapi jika Anda bertanya apakah alasan utamanya, Anda benar jika alasan
utamanya adalah saya kurang mendapat perhatian dari suami saya.
K :
Mengapa pada akhirnya Anda harus berbohong dan mengatakan bahwa Yusuf yang
melakukan itu kepada Anda?
Z :
sudah
saya katakana bahwa itu kesalaha yang seharusnya tidak saya lakukan. Namun,
bagaimana lagi, saya kalap dan saya tidak mempunyai pilihan lain jika ingin
rahasia itu tetap tersimpan abadi. Dan yah, kini Anda tahu. Saya berharap Anda
melihat lebih utuh sebelum menyalahkan saya.
K :
baik, kami mengerti . Terima kasih atas waktunya.
Wawancara dengan TUHAN
Kelompok : Langsung saja, tampaknya banyak pihak yang berusaha
melindungi Anda dengan berbagai argumentasi, bahkan hal ini juga kami temukan
dalam Kejadian 39:1-9. Bahkan Anda juga dijadikan ukuran moralitas. Bagaimana
tanggapan Anda terhadap hal ini?
TUHAN : lalu saya harus bagaimana? Saya berusaha
menunjukkan diri saya, selalu… tapi orang mengerti dengan berbeda-beda. Apakah
saya akan menyalahkan mereka? Tidak adil jika demikian.
K :
Lalu sebenarnya Anda sendiri bagaimana, terutama melihat Kejadian 39:1-9?
TUHAN : heh… bahkan Anda pun dapat mengatakan yang
Anda inginkan tentang saya. Inilah saya!
K :
baik. Terima kasih untuk waktunya.
Dan TUHAN tersenyum di akhir wawancara.
[1] Potifar adalah nama Mesir, dari pola
P’-di-X, sedang X mengacu pada dewa. Penjelasan sederhana tentang nama Potifar
kurang memuaskan, yaitu bahwa Potifar adalah singkatan Potifera, dengan
kehilangan ‘ayin terakhir. Dua pegawai tinggi istana dengan nama yang sama
bukanlah suatu kejanggalan dalam sejarah Mesir. Potifera sendiri artinya adalah
“Imam dari On”, ayah Asnat yang diberikan Firaun kepada Yusuf untuk diperistri
barangkali adalah imam besar dari dewa matahari “Re” di kota On (Yunani) –
Yayasan Komunikasi Bina KAsih/OMF. 1995. Ensiklopedia Alkitab masa Kini, Jilid
2. Jakarta. Cempaka Putih. Hal. 274.
[2] Robert Graves dan Raphael Patai.
1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 257
disebutkan bahwa kemungkinan Potifar adalah kepala Algojo Firaun bukan kepala
juru masak seperti dugaan beberapa ahli tafsir selama ini.
[3] Ibid. disini dikatakan bahwa isti
Potifar ini tidak diketahui namanya, sampai Sepher Heyasar menyebutnya dengan
Zuleika dalam Testament of Joseph. Namun untuk memudahkan dalam paper ini
kelompok menyebutkan istri Potifar dengan Zuleika.
[4] Carol A. Newson dan Sharon. H.
Ringe. 1998. Women’s Bible Commentary: Expanded Edition. Louisville Wesminster
John Knox Press. Hal. 28
[5] Robert Graves dan Raphael Patai.
1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 254.
Bahkan dalam mite ini disebutkan bahwa untuk melawan segala macam bujukan
Zuleika, Yusuf menggunakan TUHAN sebagai alasan.
[6] Carol A. Newson dan Sharon. H.
Ringe. 1998. Women’s Bible Commentary: Expanded Edition. Louisville Wesminster
John Knox Press. Hal. 28
[7] ibid
[8] William W. Hallo dan K. Lawson
Younger. 1997. The Context of Scripture. Leiden: Koninkliijke Brill. Hal.
85-89.
[10] Robert Graves dan Raphael PAtai.
1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 254.
[11] Ibid. ini menafsirkan perkataan
Yusuf atas ajakan Zuleika setelah Zuleika berhasil meyakinkan bahwa suaminya
tidak berhasil memuaskannya dan sebenarnya bukan miliknya seutuhnya. Dan
jawaban Yusuf: “itu adalah hal yang baik, tapi tak seorangpun dapat membutakan
mata Allah, yang melihat segalanya! That is well done, but no one blinds the
eyes of God who sees all!”
[13] Robert Graves dan Raphael PAtai.
1983. Hebrew Myth: The Book of Genesis. New York : Greenwich House, hal. 254.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar