Dessy terkasih,
Apakah dikau menyadarinya, hanya pada jarak yang tepat dengan sang sumber kehidupan kita bisa hidup. Tidak terlalu dekat, tidak terlalu jauh. Lihatlah matahari itu, kita tidak mungkin bisa hidup di sana. Tetapi kita pun tak mungkin tinggal di Neptunus dengan perbedaan suhu yang drastis antara siang dan malamnya. Setidaknya kita sekarang, entah dengan makhluk yang lain.
Maka aku menduga, bahwa jarak itu penting untuk menjaga sesuatu tetap hidup dan lestari. lalu mengapa banyak orang takut kepada jarak? Berjarak dengan pacar, berjarak dengan sahabat - seperti aku dan kau saat ini. Bahkan dengan jarak pada Sang Sumber Kehidupan. Bukan sekedar jarak, tetapi jarak yang tepat.
Kau ingat Plato dengan guanya? jangan-jangan selamanya kita akan tetap berada di gua? Bukan karena tidak mau keluar, bukan kita tidak mau lepas dari rantai, tetapi terpapar secara langsung pada sumber kehidupan itu membunuh. Musa yang pernah sedemikian dekat pun hanya mampu melihat punggungNya. bukankah itu ironi, ketika Dia membatasi diriNya, Sang Sumber Kehidupan membatasi diriNya supaya kita tetap hidup. Dan lihatlah kenyataan itu, kita hidup hanya dari patulan Sang Sumber Kehidupan. Hanya pantulan saja yang bisa menumbuhkan tumbuhan hijau, dan gajah yang besar, bahkan sampai jari-jari kita dan setiap helai rambut kita dari debu bintang supernova pertama dalam segala tata surya ini. Bukankah jarak itu ironi yang indah?
Dari situ aku akan berbicara tentang segala ironi yang serba mungkin. Lihatlah siang dan malam, kita enggan menjadi hitam dan putih, tapi nyatanya itulah hidup. Tak ada yang benar-benar hitam, tak ada yang putih, tapi bahwa hitam dan putih itu ada, itu nyata. Dan tanpa mengatakan yang baik dan buruk, tapi hitam putih itu menjaga kita terus memiliki poros dan berputar dengan seimbang.
Dessy yang terkasih,
Semoga kau masih senang melihat bintang malam dan hijaunya daun. karena itu yang membuktikan bahwa jarak yang tepat itu menyelamatkan kita, bahkan dari diri kita sendiri. Akhirnya tidak ada yang lain selain rasa bahagia penuh atas apa yang ada sekarang. Selalu bersyukur bersama-sama dengan rendah hati. Dan sejak itu hidup tak sekedar aku, tetapi hidup adalah untuk hidup itu sendiri. Dan untuk mengasihi.
~G~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar