Menemukan ayat yang istimewa justru ketika aku dan anak-anak belajar bersama. Meskipun bukan juru tafsir dan tak menjadi pemuka agama, namun tetap saja Kitab Suci ini layaknya harta karun yang tak terduga dan mempesona, meskipun -jujur saja- aku jarang sekali membukanya. Ibarat Tom Hanks dalam Forest Gump, hidup ini seperti sekotak coklat, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita dapat...
Hari ini kami belajar tentang Nehemia, aslinya orang Yahudi yang di buang ke Babel pada masa pemerintahan Raha Artahsasta, yang meminta kepada sang raja untuk kembali ke Yerusalem untuk membanhun kembali tembok kota tercinta yang telah membuat wajahnya murung bermuram durja. Setelah berdoa dan berpuasa, ia memberanikan diri kepada raja untuk pulang ke tanah kelahirannya serta kota tempat disemayamkan nenek moyangnya. konon kabarnya, tembok kota itu sudah terbengkalai 152 tahun lamanya, setelah Nebukadnezar membinasakan Bait Allah beserta seluruh kota. Kota tanpa tembok menjadi sangat rawan terhadap serangan musuh yang ingin meraja, mereka yang kembali dari pembuangan tidak mempunyai rasa aman sentosa, sedang disekelilingnya banyak orang-orang yang berjaga siap memangsa.
Nehemia dan pasukan peerja siap membangun sekaligus berjaga-jaga. namun kenyataan pahit kembali diterima saat ada orang yang mengolok-oloknya dengan kalimat hina. Namun inilah jawaban luar biasa dari Nehemia, demikian katanya: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hambaNya, telah siap membangun. Tetapi kamu tidak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!" (Nehemia 2:20).
Dan akhirnya tembok kota berhasil dibangun hanya dengan 52 hari. Setelah 152 tahun ditinggalin, cuy! Cihuiiii!!!
aku tak tahu pasti mengapa pasal 2 ayat 20 ini begitu berkesan, padahal materi pelajaran kali ini adalah tentang kekuatiran. namun bagiku, Nehemia menjawab dengan tepat semua hinaan yang kepadanya ditujukan. Bukan dengan kekerasan, namun dengan alasan:
(1). bahwa hanya Allah saja yang memampukan. Nehemia tak gentar dengan semua ancaman, karena "backingan" yang dia punya Allah yang mengagumkan.
(2). Lagi pula, niat membangun mereka sudah kuat. Dengan percaya diri dan tekad yang dibarengi dengan kerja keras, tentulah pekerjaan yang mereka lakukan akan lebih dahsyat. Jadi apa gunanya mendengarkan omongan para keparat? Nawaitu Lilahita'ala.
(3). Ngomonglah sesuka hati kalian saja, tak berguna sekali mencaci maki. Bagaimana pun tak akan membuat kalian berhak atau menjadi bagian dari kota ini. Bahkan nama kalian pun tak akan diingat lagi. Aih, jawaban dari Nehemia ini asik sekali.
Jika suatu saat nanti ada orang yang meledekku, maka aku akan mendekatinya perlahan, menatap matanya dalam-dalam, sambil berkata : "Hey, kamu... Ingat baik-baik ya.. Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil!. Kami, hamba-hambaNya, telah siap membangun. Tetapi kamu tidak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!"*
(*Syarat dan ketentuan berlaku, kalau ada nyali pun jika saya yang kecil ini berani.. hihihi...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar