11 Januari 2019
BENTURAN: SEBUAH KEMATIAN DAN KELAHIRAN SISTEM
(Surat untuk Sahabat)
D, yang terkasih...
Menurut Giant-Impact Hypothesis (berikut segala revisinya), sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu, tersebutlah sebuah planet bernama Gaia yang menganga panas dengan lava dan magma yang bergelora di permukaannya. Tidak ada kehidupan yang menghuninya. Planet yang belum stabil ini berputar mengelilingi sebuah bintang muda yang kala itu masih berusia sekitar 100 juta tahun, Matahari. Sistem planetarium dalam sistem semesta baru bernama Tata Surya ini masih sedang menata diri. Benda-benda langit masih berseliweran dalam garis gravitasi yang belum sempurna. Kabut nebula masih memenuhi angkasa raya. Bahkan planet-planet lain seperti Merkurius, Venus, Mars, termasuk si gemuk Jupiter dan Saturnus, dan saudara terluar mereka Uranus dan Neptunus masih belum terkonstelasi dengan jenak.
Sebuah planet lain, Theia, berjarak sangat dekat dengan Gaia. Garis gravitasi mereka belum stabil, menyebabkan jalur revolusi mereka belum terkoodinasi dengan baik. Mereka berputar mengelilingi matahari dengan arah yang berkebalikan. Syahdan, dalam sebuah kesempatan yang memesona sekaligus memekakkan, berbenturanlah Gaia dan Theia, bertabrakan dengan akbar. Dentuman yang lahir dari benturan itu milyaran kali lebih keras dari dentuman seluruh bom di bumi hari ini jika dijumlahkan. Gaia dan Theia hancur seketika.
Namun berkat gravitasi bongkahan-bongkahan besar mereka saling merekat seiring kala. Pecahan-pecahannya menyebar di angkasa persis di atasnya, bertebaran seperti serpih-serpih kaca. Bersama dengan waktu, bongkahan besar yang merekat ini semakin memadat, membentuk sebuah planet baru. Bumi. Sedangkan pecahan-pecahannya membentuk sebuah sistem baru yang tidak berhenti mengelilingi Bumi, kita mengenalnya hari ini dengan Bulan. Dengan jarak yang tepat, 150 juta kilometer dari Matahari, ketika planet bernama bumi itu mulai mendingin, kehidupan lahir dan tumbuh di atasnya. Bagian dalamnya masih sangat panas, untuk menjaga suhu sekaligus rotasinya. Sedangkan Bulan yang mengelilinginya menjaga jalur revolusinya terhadap matahari, sekaligus manjaga iklim di bumi. Kehidupan akhirnya tumbuh dengan stabil.
D, yang terkasih...
Sejak 230 juta tahun yang lalu sampai kurang lebih 65 juta tahun yang lalu, tumbuhan paku-paku raksasa adalah ekosistem utama di planet Bumi ini. Sedangkan vertebrata paling dominan pada saat itu adalah kadal-kadal raksasa yang dikenal sebagia dinosaurus.
Namun dalam sebuah sistem yang terus bergerak menata dirinya, sebuah asteroid sebesar 10 km dengan kecepatan beberapa kali lebih cepat dari peluru revolver menabrak Bumi persis di daerah Yucatan, Mexico. Sekali lagi benturan itu mengubah bentuk kehidupan bumi. Bukan hanya menyebabkan tsunami setinggi 100 hingga 300 meter. Gempa berkekuatan 10 skala Richter hasil benturan itu mampu menghancurkan garis pantai ditambah dengan hempasan udara yang meratakan hutan dalam radius ribuan kilometer, pun menggoncang seluruh planet. Berton-ton batuan panas berjatuhan dari langit dan mengubur kehidupan di sekitarnya. Dan dalam sekali sentak, benturan itu menyebabkan terkoyaknya kerak bumi, memerah, panas, dan mengepul ke angkasa bagaikan bulu-bulu api yang bertebaran bahkan hingga keluar dari atmosfer bumi. Jauh lebih menakjubkan daripada kembang api tahun baru di mana pun juga.
Begitu mulai mendingin, giliran bulu api itu tertarik kembali oleh gaya tarik bum berjatuhan menghujani bumi. Mereka masih sangat panas, kecepatan turun mereka setara pesawat luar angkasa, menjadikan yang sangat panas semakin panas. Begitu kembali memasuki atmosfer bumi, butir-butir itu menyerupai jelaga panas yang memenuhi seluruh langit. Kabut hitam, tebal, dan panas menjelma selubung baru bagi bumi. Sinar matahari tak mampu menembuskan kala itu. Panas, gelap tanpa matahari. Tidak lama saja paku-pakuan dan dinosaurus habis. Terkubur butiran awan yang membentuk lapisan baru di bumi.
Dan di atas lapisan itulah, pada masa yang lebih kemudian, bercokol tumbuhan-tumbuhan baru, jati, meranti, pepaya, hingga padi dan jagung. Tumbuhan yang kita kenal saat ini. Berikut hewan-hewan dari ikan, kalajengking, hingga kuda dan monyet. Termasuk pada masa yang lebih kemudian, manusia. Benturan di manapun, pada sebuah sistem yang sudah tertata teratur hanya akan menyebabkan kehancuran dan kematian. Tapi cerita baru akan lahir sesudah itu, cerita kehidupan.
D, kita tahu itu yang sedang terjadi di tanah air tercinta kita saat ini. Setelah puluhan tahun sistem pemerintahan korup dengan birokrasi yang bertele-tele menduduki bumi kita. Nampaknya ada sebuah gerakan baru yang sedang membentur negeri elok yang amat kita cinta ini. Benturan itu adalah gerakan baru Revolusi Mental yang dijejalkan dengan sangat cepat.
Tentu saja akan ada resistensi dari cacing-cacing kepanasan yang dihantam oleh sistem baru ini. Mereka tidak siap dengan perubahan itu, karena mereka nyaman dalam korupsi dan birokrasi yang panjang lebar luas dan dalam. Dalam resistensi itu, mereka berusaha menjaga status quo. Setelah di ibukota, kini giliran mereka bergerilya menjarah daerah-daerah, menyebabkan sebuah gerakan yang asal saja menamakan diri aksi membela ini dan itu. Semakin ke sini, semakin nampak motif mereka. Menjaga supaya sumber haram mereka tetap mengalir dengan lancar. Rakyat cukup dibagi dengan aspal semiran dan bangunan sekolah yang tak bertahan sampai setengah abad. Sebuah cerita yang memilukan, apalagi jika kita mendengar, “Bangunan ini bekas Jaman Belanda, makanya kuat-kuat.” Seolah-olah mereka yang pernah mengangkut rempah kita masih lebih bertanggung jawab daripada anak-anak bumi putera.
Dan kita tidak tahu apakah benturan Revolusi Mental ini cukup keras untuk menghancurkan kehidupan sistem pro kematian yang sudah menjangkiti negeri tercinta kita bagai kanker kelenjar getah bening. Kita berdoa semoga. Namun inilah rasanya mengapa kita sekarang punya media. Media ini mampu melipat gandakan benturan itu.
Namun ada yang lain, dunia yang kau geluti dan kujalani dengan penuh cinta. Pendidikan. Jalan itu akan lebih panjang, tapi dampaknya akan kita rasakan memukul telak dalam beberapa tahun lagi. Di Jogja, hari ini kita mengenal sekolah-sekolah alternatif, seperti Fasttrack, sekolah-sekolah Montessori, Al-Azhar, YIS, BIAS, dan termasuk yang kita akrabi Olifant. Namun kita tahu, untuk sebuah kualitas, sekolah-sekolah tersebut harus memilih menarik harga kelas langit. Untukku, jujur ini agak miris dan meresahkanku. Tidak ada yang salah dengan itu, tapi seperti yang sering kau bilang, para pintar itu akan kesulitan untuk meraih simpati masyarakat. Ditambah lagi tidak jarang, mereka agak kurang berempati pada akar rumput dan menganggap kemiskinan semata-mata karena kemalasan. Agak kurang membuka mata pada sistem yang tidak sehat. Namun bukankah kita juga mengenal seperti Sanggar Anak Alam (SALAM) yang juga luar biasa namun harga rakyat. Tidakkah mungkin kita bermimpi pada suatu hari nanti kita mendirikan sekolah yang berkualitas tetapi dengan harga rakyat dan dengan cara rakyat?
D, yang terkasih...
Mari lakukan yang kita bisa, tidak hanya diam dan menonton, mari ambil bagian dalam cara yang paling mungkin, yang kita kenal. Tidak harus seragam, tidak harus yang juga terkesan heroik, bergegas, dan tergesa. Namun kita tahu apa yang sedang kita tuju, kehidupan damai sejahtera, adil makmur bagi semuanya. Walaupun kita tahu pada suatu saat nanti sistem yang kita pikir ideal ini akan punya penyakitnya sendiri hingga dihancurkan oleh yang lain, setidaknya kita perlu melakukan sesuatu yang bagi kita tepat dan beretika untuk saat ini. Kita tertatih, kita tahu itu, tapi kapan kita tidak begitu?
PS. Semoga dalam beberapa waktu ke depan aku bisa mengunjungi ke Jogja. Kau perlu menceritakan kepadaku tentang indahnya matahari pagi di Sukmajaya, Punthuk Mangkrong, dan Bukit Barede.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar